Jumat, 15 Mei 2020

Menstruasi Bareng Si Bungsu Saat Ramadhan dan Pandemik Corona

Menstrual Hygiene Day (sumber: www.news-medical.net/news)

Tahun ini,  Ramadhan terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.   Seumur hidup, baru sekarang Ramadhan terasa sepi.  Penyebabnya karena terjadi pandemik virus Corona atau Covid-19, tak hanya di Indonesia tetapi dunia.  Masjidil Haram saja tak biasanya sepi di bulan Ramadhan. 
Ramadhan kali ini lebih banyak dihabiskan di  rumah alias #stayathome.   Buku-buku masakan mulai dibaca kembali.   Apalagi dua anak saya sedang dalam masa pertumbuhan dan selera makannya sedang tinggi.   Anak pertama, laki-laki berusia 13 tahun.  Sedangkan si bungsu bernama Naraya, usia 10 tahun.   Menaati aturan dari Pemerintah, bekerja dan beribadah di rumah saja. 
Tahun ini rencana mudik dan berkumpul bersama keluarga besar di Bandung terpaksa dibatalkan. Apalagi ada larangan pemerintah agar tidak mudik.  Dikhawatirkan pemudik tanpa sadar membawa virus Corona ke kampung halamannya.   Apalagi kompleks perumahan kami masuk zona merah, setelah ada dua orang warga yang dikonfirmasi positif Covid-19.    Sedih rasanya tetapi bagaimana lagi.     
Sebab itu penting membuat suasana senyaman mungkin di rumah.   Baiti jannati, rumahku surgaku.    Bulan Ramadhan sebagai bulan pembebasan dari api neraka.   Saya mencoba kesempatan ini sebaik mungkin.   Belum tentu tahun depan kita bisa berjumpa Ramadhan kembali.
Niat puasa, tetapi dua hari menjelang Ramadhan....eh, kedatangan tamu bulan atau menstruasi.    Ada pengalaman baru juga sebagai seorang ibu.   Februari tahun ini adalah saat pertama bagi Naraya mendapatkan menstruasi, padahal ia masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar.  Awalnya saya curiga saat  Naraya pulang sekolah, kok ia terlihat murung, takut dan bingung.  Jangan-jangan nilai ulangannya ada yang jeblok.    Di kamar mandi pun, tumben ia lama sekali.  Biasanya mandi kilat.   Tidak seperti biasanya,  pasti ada sesuatu.  Insting seorang Ibu berkata,  did something wrong happened.  
“Mah, sebentar deh.  Aku mau tanya sesuatu,” panggilnya pelan dari kamar mandi.
Saya menghampirinya.   Ia dengan malu-malu menunjukkan bercak darah di pakaian dalamnya.  Saya sendiri kaget tetapi berusaha untuk tenang.  Gadis kecilku ternyata sudah tumbuh dewasa.  Saya sendiri baru mendapatkan menstruasi petama saat berusia 13 tahun.  Sewaktu duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama.  Apa anak sekarang tumbuh dewasa dengan cepat ya?   Tetapi merujuk berita yang dilansir Teen Health, anak perempuan biasanya mengalami menstruasi pertama saat berusia 10-15 tahun.  
“Mah, berapa lama sih aku seperti ini?”
Saya menjelaskan pada Naraya mungkin awalnya menstruasi yang dialaminya belum teratur.  Namun siklus menstruasi akan berjalan 25 sampai 35 hari.   Lucunya, saya dan Naraya memilki siklus menstruasi hampir bersamaan.  Menjelang memasuki Ramadhan, saya dan Naraya mengalami menstruasi.  
“Mah, boleh ngga aku puasa?”
Saya menjelaskan padanya bahwa saat bulan puasa, perempuan yang sedang menstruasi justru dilarang puasa.
“Carrisa ada merasa sakit ngga?”
“Ngga sakit apa-apa, Mah".
“Mah, katanya menstruasi itu darah kotor ya?” tanyanya polos.
Wah, hoaks nih.   Sebagai ibu, saya wajib menjelaskan kepada Naraya pemahaman yang benar terkait menstruasi.  Banyak mitos tidak benar di masyarakat seputar menstruasi.  Memang darah menstruasi acap kali disebut sebagai ”darah kotor”.  Menstruasi dianggap cara membuang racun dari dalam tubuh.  Nyatanya, darah yang keluar saat menstruasi bukanlah "darah kotor", melainkan campuran dari darah, jaringan rahim, lendir, dan sedikit bakteri.
Beberapa mitos lain yang tak benar, bahwa saat menstruasi tidak boleh cuci rambut. Faktanya, tidak keramas malah dapat mengganggu kenyamanan dan kebersihan diri.   Lalu ada yang bilang tidak boleh berolah raga.   Memang sih saat menstruasi tubuh cenderung mudah lelah, tapi hal ini bukan alasan untuk tidak berolah raga.   Karena olah raga saat menstruasi justru membuat kita lebih mood dan mencegah kram perut. 
Untunglah kebiasaan Naraya tidak banyak perubahan.   Hanya saja ia terlihat lemas dan kurang mood melakukan aktivitas.  Hari pertama Ramadhan, saya dan Naraya kompak tidak bisa menjalankan ibadah puasa.   Saat itu Papahnya sudah mengikuti Work From Home (WFH).  Anak-anak sedang juga mengikuti School From Home (SFH), sehingga kami harus sembunyi-sembunyi jika ingin minum atau makan.  
Kakaknya sempat heran melihat Naraya tidak puasa meskipun sama-sama makan sahur.  Kakak sama sekali tak tahu kalau adiknya sedang menstruasi.  Awalnya Naraya bilang lupa waktu Kakak memergokinya minum. 
“Loh Adik kok minum? Kan puasa.”
Naraya tetap saja minum hingga tegukan terakhir.
“Lupa, Kakak.”
“Lupa kok minumnya diterusin sampai habis?”  
Besoknya kejadian berulang lagi.  Kali ini saat kepergok makan siang.   Lupa kok makannya banyak?  Begitu pikir Kakak.  Akhirnya dijelaskan kalau Naraya sudah mengalami menstruasi, dua bulan sebelum Ramadhan.  Ini pentingnya menjelaskan bedanya perubahan siklus perkembangan tubuh antara laki-laki dan perempuan.   
Dilansir dari U.S National Library of Medicine, PMS (premenstrual syndrom) adalah beberapa gejala yang akan berlangsung sebelum menstruasi dan dapat memengaruhi emosional serta fisik.  PMS memiliki gejala seperti keputihan, perut kembung, muncul jerawat, atau perasaan sedih sehingga mudah menangis. 
Saat waktu menstruasi tiba, perempuan juga bisa merasakan nyeri haid seperti perut kram, sakit punggung, payudara terasa melunak, dan mood berubah-ubah.   Tetap tinggal di rumah, apalagi saat  PMS membuat saya mudah kelelahan, nyeri otot,  dan gampang tersinggung.   Kadang tiba-tiba muncul perasaan sedih, apalagi ingat orangtua di Bandung.   Rindu saat sahur dan buka puasa bersama seperti tahun lalu.    Pandemik Corona membuat saya tidak bisa mudik sekaligus khawatir mudah tertular karena sedang menstruasi.
Untunglah, Corona tidak menular melalui darah tetapi lewat droplet (tetesan dan cairan tubuh).   Oleh sebab itu, Pemerintah tidak melarang kegiatan donor darah.   Meski begitu saat menstruasi tetap harus menjaga kebersihan, istirahat yang cukup, dan mengkonsumsi makanan bergizi.  Kalau keluar rumah jangan lupa pakai masker dan jaga jarak untuk mencegah penularan virus Corona.  Kalau menstruasi selalu pakai pembalut.   Pakai pembalut pun ada aturannya agar tetap sehat.
Saya ingat, dulu ada teman kuliah meninggal karena kanker serviks yang disebabkan Human Papiloma Virus (HPV).  Usianya belum genap 30 tahun dan baru menikah.   Salah satu sebabnya adalah malas untuk mengganti pembalut.  Apalagi kalau liburan, bisa seharian ia tidak mandi.  Wah, kuman jadi betah dan berkembang.    Ini jadi pelajaran berharga buat saya.
Penyakit lain yang bisa timbul karena malas menjaga kebersihan area kewanitaan saat menstruasi adalah infeksi saluran kemih dan gatal-gatal.    Menggunakan pembalut lebih dari empat jam dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri Candida Albicans, Staphylococcus Aureus, dan E. Coli yang memicu infeksi saluran kemih.  Malas mengganti pembalut juga menyebabkan kulit genital dan area selangkangan menjadi alergi.  Apalagi kalau sampai tumbuh jamur di situ. 
Saat pandemik Corona, saya juga harus mendampingi Naraya belajar di rumah.   Apalagi dari sisi emosional, Naraya mulai berubah.  Setiap hari gurunya meminta foto siswa sedang melaksanakan shalat dhuha dikirim via WhatsApp.  
“Mah, kan kalau lagi menstruasi, kita tidak boleh shalat.”
Saya mengiyakan.   
“Mah, tapi jangan bilang Naraya lagi tidak shalat.  Naraya malu sama Bu Guru dan teman-teman.”
Dari cerita Naraya, di sekolah teman-teman perempuannya belum ada yang mendapatkan menstruasi.  Sepupunya di Bandung yang usianya lebih tua setahun juga belum menstruasi.  Ini membuatnya Naraya agak terterkan.  Inilah peran saya sebagai orangtua harus terus mensupport-nya.   Dia sedang butuh rasa aman dan nyaman.
Solusinya, Naraya pura-pura shalat.  Lalu membuat beberapa pose Naraya sedang melalkukan shalat dhuha.  Kadang background dan sejadahnya diganti.    Sebagai backup foto selama  ia menstruasi.  
Kadang saya sendiri justru yang uring-uringan ketika mendapat menstruasi sekaligus harus  mengajarkan pelajaran sekolah pada Naraya dan kakaknya.  Saya baru sadar betapa beratnya beban guru mengajar anak-anak.   Ini baru satu anak, bagaimana seorang guru harus punya kesabaran ekstra mendidik satu kelas dengan jumlah murid 30 orang.   Belum lagi kalau saya harus menyiapkan hidangan berbuka puasa.   Belanja di luar selain boros, juga khawatir kebersihannya.   Mau masak juga bingung, mau masak apa.  Ini kadang bikin stress.
Dan daya tahan tubuh pun  menurun.   Ada hubungan antara penurunan daya tahan tubuh dengan menstruasi.  Pada hari-hari terakhir menjelang menstruasi terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh.   
Perempuan paling mungkin jatuh sakit ketika sedang mengalami menstruasi, yaitu ketika sel telurnya dilepaskan dari rahim atau sedang ovulasi.   Penyebabnya karena tingginya kadar hormon estrogen selama ovulasi menurunkan aktivitas molekul yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Sudah ada berbagai penelitian yang mencoba mencari keterkaitan atau hubungan antara siklus menstruasi dengan sistem imun dan kekebalan tubuh.   Teori yang berkembang sejauh ini menyebutkan bahwa perubahan hormon pada siklus menstruasi memang mempengaruhi kekebalan tubuh, khususnya pada saat ovulasi atau pembuahan, yang terjadi sebelum siklus menstruasi berikutnya.   Apalagi di saat pandemik Corona ini timbul  perasaan terisolasi sosial, kesepian, dan bosan.  Kondisi stress baik fisik dan mental inilah yang kemudian menurunkan imunitas tubuh.
Stress yang berkepanjangan justru dapat meningkatkan produksi hormon kortisol. Kadar hormon kortisol yang tinggi dapat mengganggu kerja sistem imun dalam melawan infeksi.   Kelebihan pelepasan kortisol dapat menekan kadar hormon reproduksi yang normal, yang berpotensi menyebabkan ovulasi abnormal yang dapat mengganggu siklus menstruasi.  Akibatnya menstruasi datangnya bisa lebih cepat, lebih lambat, atau malah tidak mendapat menstruasi sama sekali.    Selain itu, berisiko terkena dismenore atau nyeri saat menstruasi.   Alhamdulillah, siklus menstruasi masa pandemi siklusnya normal.  Mungkin tingkat stress-nya masih terkendali.
Orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki penyakit penyerta sebelumnya (komorbid) seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes, kanker, menimbulkan kematian lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa komorbid.      Korban terbanyak adalah mereka  yang berusia diatas 45 tahun.  Usia dimana wanita mulai memasuki masa menopause.   Tetap  saja kita harus waspada karena Covid-19 bisa menyerang siapa saja   
Ada beberapa tindakan atau kegiatan yang bisa kita lakukan guna mempertahanankan daya tahan tubuh saat menstruasi dan menghadapi pandemik Corona di saat bersamaan.

  1. Selalu cuci tangan.   Selain itu, saya mengajari Naraya saat membersihkan miss V agar jangan lupa mencuci tangan baik sebelum atau sesudahnya.   Selain itu, mengganti pembalut setiap 4 jam dan selalu menjaga kebersihan Miss V.   Apalagi kalau Naraya pipis, celana dalamnya suka turut basah.  Saya memintanya mengganti pakaian dalamnya sekaligus agar nyaman dan bersih.   Risiko infeksi vagina semakin tinggi ketika kebersihan saat menstruasi tidak terjaga.   
  2. Konsumsi banyak air putih.  Selama menstruasi, perempuan kekurangan cairan.   Jadi harus selalu penuhi kebutuhan cairan tubuh.  Kan kalau menstruasi tidak diperbolehkan puasa.  Kesempatan untuk memperbanyak minum.   
  3. Mengonsumsi makanan bergizi 4 sehat 5 sempurna.  Makanan 4 sehat 5 sempurna adalah menu makanan yang lengkap dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.    Pada saat wabah Covid-19 ini konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan lebih ditingkatkan karena dapat membantu tubuh melawan radikal bebas yang mengganggu kerja sistem imun.
  4. Cukup istirahat.    Saya sudah wanti-wanti suami agar jangan terlalu sering begadang.  Kurang tidur terbukti bisa menimbulkan dampak yang buruk pada kesehatan. Tidur yang cukup dan berkualitas  dapat membuat tubuh Anda lebih kuat melawan paparan virus Corona.  Orang  dewasa seperti saya membutuhkan waktu tidur sekitar 7–8 jam setiap harinya. Sedangkan Naraya seperti anak-anak lainnya memerlukan waktu tidur 10 jam atau lebih.  Istirahat yang cukup juga bisa memupuk produksi Sel T di dalam tubuh yaitu kelompok sel kekebalan tubuh yang berperan penting dalam sistem imun terhadap virus. 
  5. Berolahraga dengan rutin.  Tapi karena bulan puasa, tidak disarankan ya olahraga dalam keadaan perut kosong.   Jadi ada baiknya olahraga saat menjelang berbuka atau setelah berbuka puasa.  Saya melakukan olahraga ringan dengan menggunakan sepeda statis.  Kalau lagi menstruasi tidak dianjurkan melakukan olahraga berat.   Olahraga juga terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan meredakan peradangan.
  6. Jaga Kebersihan.  Menjaga kebersihan diri dan lingkungan  untuk semakin meningkatkan daya tahan tubuh sepanjang hari.  Jangan lupa di tengah pandemik ini, selalu gunakan masker jika keluar rumah. Bahkan saat di dalam mobil pun tetap gunakan masker.   
  7. Kelola stress.   Oleh karena itu, upayakan untuk mengelola stres dengan baik supaya sistem imun Anda tetap terjaga dan kuat melawan infeksi Covid-19.  Salah satunya dengan mencari hobi baru.   Saya dan suami jadi punya hobi memasak di rumah.   Naraya saat ini sedang sedang demam grup musik asal Korea BTS.    Ia pun berusaha belajar bahasa Korea lewat media internet.   Saya biarkan saja, selama hal itu positif.  Hanna, Dul, Set, katanya.   

Intinya selama menstruasi dan pandemi ini, isi kegiatan dengan hal-hal bermanfaat dan positif.  Banyak pasien positif Covid-19 yang sembuh karena selalu berpikir positif dan jauh dari stress.  Ada  baiknya kita selalu mendekatkan diri pada Allah.   Apalagi di bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan.   
Ada anggapan, kalau menstruasi kita tidak boleh beribadah karena dalam keadaan tidak bersih.  Justru salah besar, karena masih banyak ibadah yang bisa dilakukan terutama di bulan suci ini.  Seperti membaca Al Qur'an melalui media selain mushaf (muroja’ah hapalan atau melalui gadget), memperbanyak dzikir dan doa, mendengarkan ceramah agama, menyatuni anak yatim,  infak dan sedekah, serta masih banyak lagi perbuatan baik yang bisa kita lakukan.   Saat menstruasi di bulan suci Ramadhan dan di tengah pandemik, justru kesabaran dan daya tahan kita diuji.   Semoga menstruasi tetap lancar dan Corona cepat berlalu.